Chat Box

2/2/13

Narkoba Musuh Umat Manusia

tulisan ini juga merupakan artikel yang saya kirim ke koran SINDO. tulisan ini dimuat pada SINDO edisi 02/02/2013 halaman 9.

selamat membaca :)



Belakangan ini media cetak maupun elektronik banyak yang memberitakan keberhasilan Badan Narkotika Nasional (BNN) menangkap belasan orang yang diduga sedang pesta narkoba. Beberapa orang diantaranya adalah public figure yang sudah tidak asing bagi kita. Terlepas dari keterlibatan mereka dalam pesta tersebut, kita harus meningkat kewaspadaan karena semakin banyak saja tokoh masyarakat yang berurusan dengan barang haram tersebut. Narkoba tidak hanya meracuni kehidupan masyarakat biasa tetapi juga menyebar di kalangan artis, oknum pejabat sampai oknum penegak hukum. Adanya oknum penegak hukum yang ikut mengedarkan narkoba membuktikan bahwa narkoba dapat menggelapkan mata seseorang yang seharusnya paling mengerti akan bahaya narkoba.

Meluasnya penggunaan narkoba ini tentu merupakan masalah besar bagi negara ini. Narkoba ibarat senjata biologis pemusnah massal yang sangat efektif. Memusnahkan jiwa tetapi tidak merusak infrastruktur. Itulah senjata yang paling didambakan dalam kasus-kasus sengketa antar negara yang bermusuhan. Tetapi saya tidak akan membahas masalah sengketa ataupun invasi militer, yang ingin saya tekankan adalah narkoba ibarat senjata biologis berupa virus yang dapat merusak dan menghancurkan sel-sel kebangsaan. Layaknya virus HIV, narkoba merusak antibodi sehingga seseorang yang terinfeksi virus ini dapat terserang penyakit dengan mudah.

Antibodi – antibodi yang terdapat dalam tubuh bangsa ini adalah pemuda – pemuda penerus bangsa yang hidup di negara ini. Mereka adalah sasaran dari “virus” narkoba. Jika para pemuda sudah dibawah pengaruh “virus” narkoba ini, penyakit-penyakit kebangsaan akan mudah masuk menghancurkan bangsa ini. Langkah yang harus kita lakukan adalah membasmi “virus” tersebut dan mencegah agar “virus” ini tidak masuk ke tubuh bangsa. Untuk membasmi dan mencegah penyebaran “virus” narkoba diperlukaan suatu langkah nyata yang dapat menghentikan peredaran barang haram ini. Salah satu contohnya adalah dengan memotong jalur distribusi narkoba sehingga tidak masuk ke Indonesia. Kemudian diikuti dengan memberantas mafia – mafia narkoba sampai ke sarang-sarangnya. Langkah-langkah tersebut belum cukup untuk menghentikan penyebaran “virus” ini.

Narkoba memiliki sesuatu yang membuat seseorang rela dirusak olehnya. Narkoba menawarkan ilusi yang tidak terbatas bagi pemakainya sehingga mereka mendapatkan apa yang tidak bisa diraih dalam kenyataan sesungguhnya. Selain itu keuntungan finansial yang didapat dari bisnis narkoba ini sangat besar sehingga mereka yang senang mencari jalan pintas memilih berkecimpung di bisnis haram ini. Kedua hal tersebut yang membuat narkoba tetap eksis dan sulit diberantas. Jika demikian, apa yang menyebabkan seseorang mau meracuni diri dengan narkoba dan berani mengambil risiko dengan menjualnya?. Padahal mereka tahu narkoba dapat merusak badan dan menjualnya merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Jika ditelaah lebih lanjut, sumber permasalahnya adalah kurang mampunya seseorang untuk berpikir jernih. Untuk mampu berpikir jernih, seseorang harus memiliki pikiran yang positif. Pikiran yang postif tumbuh dari pendidikan moral yang mendarah daging. Orang yang bermoral akan selalu berpegang pada kebenaran dan tidak mudah digoyahkan oleh iming-iming kekayaan.

Pendidikan moral sebaiknya diberikan pada anak sejak dini. Anak-anak harus diberikan informasi akan bahaya narkoba. Jika pada saat anak-anak sudah mengetahui bahaya narkoba, nantinya pada saat dewasa mereka dapat menepis godaan untuk mencoba narkoba. Jadi tindakan yang dilakukan selain membasmi dan mencegah beredarnya narkoba adalah penanaman pendidikan moral pada setiap indvidu penerus bangsa. Narkoba merupakan musuh umat manusia. Setiap orang berperan dalam memeranginya.

Bangsa Yang Dermawan

Tulisan ini merupakan artikel yang saya kirim ke koran SINDO..tapi gagal tembus hehehe..daripada mengendap di harddisk, saya post disini saja. 

selamat membaca :)




Pinjaman dana bantuan sebesar USD 1 Miliar ke IMF menuai pro dan kontra. Pihak yang pro beralasan bantuan yang bersumber dari  cadangan devisa itu tidak akan mempengaruhi perekonomian negara karena cadangan devisa yang  jumlahnya USD 111,5 miliar per Mei 2012 itu tidak akan hilang. Hal tersebut dikarenakan bantuan USD 1 Miliar itu diimplementasikan dalam bentuk pembelian surat berharga IMF. Ada juga yang menulis bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah.

Sedangkan di pihak yang kontra berpendapat bahwa Indonesia yang sebagian besar penduduknya berada di bawah garis kemiskinan tidak pantas membantu negara yang rakyatnya berpenghasilan dan memiliki indeks pembangunan yang lebih tinggi. Selain itu ada juga yang merasa Indonesia tidak perlu menyumbang bantuan ke IMF karena dahulu IMF pernah menyusahkan Indonesia dengan pemberian pinjaman yang kesepakatannya mengandung banyak syarat yang merugikan Indonesia.

Sebagai rakyat Indonesia apa sikap yang seharusnya kita ambil?. Menyetujui pemberian pinjaman ke IMF dengan alasan bahwa lebih baik memberi daripada meminta, atau menolak dengan dalih “buat apa membantu orang yang dahulu menyusahkan kita?”. Tentunya kita harus memutuskan sesuatu dengan pikiran yang jernih dan hati yang lapang. Jangan sampai ada penyesalan karena memutuskan sesuatu dengan emosi apalagi diliputi dendam kesumat.

Jika diminta memberikan keputusan antara menyetujui atau menolak, saya lebih memilih menyetujui pemberian pinjaman. Saya menyetujui karena beberapa hal, yang pertama sumber dana yang berasal dari cadangan devisa tidak hilang, artinya cadangan devisa tidak berkurang. Yang kedua pemerintah tidak memberikan pinjaman dengan bunga nol persen sehingga ada kemungkinan cadangan devisa akan bertambah dari pembayaran bunga tersebut. Dan yang terpenting adalah sikap membantu yang dimiliki Indonesia sangat menaikan kewibawaan bangsa kita di mata dunia.

Bangsa Indonesia suka membantu bukan karena “ada apanya” tetapi karena memang perilaku suka membantu atau tolong menolong merupakan sesuatu yang sebenarnya sudah ada dalam diri bangsa Indonesia. Dengan begini dunia akan tahu bahwa inilah Indonesia, negara yang sudah mandiri dan suka menolong sesama. Tunjukan bahwa kita bukan bangsa yang pelit, kita bangsa besar yang seharusnya menjadi panutan bangsa – bangsa lain. Jika masih saja perhitungan atau ngambek  karena merasa dicurangi di masa lalu, kapan kita akan menjadi bangsa yang dewasa?. Tidak ada batasan kaya atau miskin dalam memberikan bantuan. Yang namanya bantuan pasti akan bermanfaat walaupun bantuan tersebut digunakan untuk menyelamatkan pihak – pihak yang pernah menjerumuskan Indonesia.

Jadikan momen pemberian pinjaman ini sebagai ajang menunjukan identitas bangsa, jangan sampai bangsa kita dicap bangsa yang pelit dan harus selalu diberikan bantuan. Ada yang kesusahan, yaa kita bantu. Tak perlu pusing-pusing mengungkit apa yang telah dilakukan orang kepada kita apa lagi mengaitkan dengan teori konspirasi yang rumit karena orang yang berjiwa besar adalah orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Menambahkan kutipan dari Bung Karno “ We were once a great nation and always will be a great nation !”.


oleh Anjar Suryo