Tulisan ini sebenarnya sudah lama mau saya posting. Tapi baru sempat sekarang hehehe...selamat membaca.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pemilu baru akan
dimulai tahun depan. Semua pelaku politik mulai merapatkan barisan. Membenahi
yang dirasa kurang beres, memperbaiki yang dirasa kurang baik. Meskipun masih
ada waktu kurang lebih satu tahun, para elite politik tidak ingin
membuang-buang waktu. Mungkin yang ada dalam benak mereka, semakin cepat berbernah
semakin besar peluang memenangi pemilu 2014. Salah satu aksi “beres-beres’ yang
hangat dibicarakan adalah tindakan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
mengambil alih Partai Demokrat (PD). SBY dan beberapa elite PD menilai Anas
sebagai biang keladi merosotnya elektabilitas PD.
Bertindak sebagai
ketua majelis tinggi partai, SBY meminta ketua umum PD, Anas Urbaningrum untuk
fokus terhadap kasus dugaan korupsi yang menimpa Anas. Memang tidak ada salahnya mengurus parpol,
namun bila dilakukan dengan terburu-buru dapat menjadi bumerang. Banyak
pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Presiden berserta jajaran
kementerian. Pertumbuhan ekonomi yang menurun dan tidak meratanya kesejahteraan
rakyat merupakan bagian dari pekerjaan rumah itu.
Banyak yang mempertanyakan
keseriusan presiden dan kabinet dalam menyikapi masalah negara di tahun politik
ini. Mengapa presiden harus turun tangan membenahi parpolnya?. Mengapa menteri
kabinet juga ikut sibuk mengurus parpol?.
Di balik setiap
tindakan manusia terdapat beribu alasan logis dan faktor yang berpengaruh.
Salah satu faktor yang mungkin berpengaruh adalah Rukmakala. Dalam dunia perwayangan, ada sebuah lakon yang berjudul Dewa Ruci. Dalam kisah tersebut seorang
ksatria bernama Bima ditugaskan gurunya untuk mencari air kehidupan yang dapat
menuntunnya menuju kesempurnaan sejati.
Pada perjalanan
yang penuh rintangan tersebut Bima bertemu dua raksasa. Salah satu dari dua
raksasa itu bernama Rukmakala. Rukma
berarti emas yang identik dengan harta dan tidak jauh perkara takhta, sedangkan
Kala berarti raksasa. Rukmakala boleh
jadi merupakan simbol harta dan takhta yang bisa menjadi penghambat atau
penggoda manusia dalam mencapai tujuan mulia.
Pada setiap tahun
politik banyak elite parpol yang mengumbar janji-janji yang isinya sangat
mulia. Entah dilandasi hati nurani atau sekedar ingin membesarkan Rukmakala
dalam diri, yang jelas menjelang tahun politik berikutnya tujuan mulia yang
dulu digaungkan tidak terdengar lagi. Mungkin yang mereka lihat adalah Rukmakala
yang sudah menjadi besar, sehingga perlu waktu dan tempat ekstra untuk
memeliharanya. Apapun mereka lakukan demi mempertahankan raksasa tersebut. Berbanding
terbalik dengan yang dilakukan Bima, sebagai seorang ksatria yang memiliki
tujuan mulia, dia berani melawan raksasa tersebut. Dengan dilandasi kesungguhan
hati dan niat tulus, Bima mampu mengalahkan Rukmakala dan melewati berbagai
rintangan hingga akhirnya mencapai kesempurnaan hidup.
No comments:
Post a Comment