oh iya, karena tulisannya panjang saya bikin part 1, part 2 dan seterusnya..
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Banyak
pelajaran yang dapat kita ambil dari sebuah film. Walaupun film itu dibuat
untuk menghibur, tetapi ada pesan moral yang dapat kita petik. Dari ratusan
judul film, Kingdom of Heaven adalah film yang paling menarik perhatian saya.
Film tersebut tidak hanya menyajikan pertempuran yang dibungkus akting kelas
wahid dan efek yang aduhai tetapi juga mengangkat sejarah yang pernah terjadi dan
berpengaruh bagi umat manusia. Film ini diawali dengan kisah seorang tentara
salib yang telah menjadi bangsawan di Timur Tengah bernama Godfrey de Ibelin.
Sang bangsawan pulang ke negaranya untuk mencari anaknya yang telah lama ditinggalkan
dan hendak mengajak anaknya ke Jerusalem, tempat perang salib berkecamuk.
Singkat
cerita, Godfrey meninggal saat perjalanan kembali ke Jerusalem. Anaknya, Balian,
di angkat menjadi ksatria dan memimpin
pasukan ayahnya serta mengurus sebuah tempat di Timur Tengah bernama Ibelin. Godfrey
sempat memberi wejangan kepada Balian bahwa apapun yang terjadi lindungi orang
yang lemah dan jangan pernah takut pada musuh. Balian mendapati ayahnya
merupakan orang kepercayaan penguasa Jerusalem, Raja Baldwin IV, yang berhasil
mempengaruhi sang raja untuk tidak menyatakan perang terhadap kaum muslim sehingga
perdamaian di Timur Tengah tercipta. Untuk meneruskan cita-cita ayahnya itu
Balian mendapat tentangan dari Guy de Lusignan dan Reynald de Chatillon. Kedua
orang tersebut sangat fanatik dengan agamanya dan memiliki perilaku yang buruk.
Suatu ketika, Guy dan Reynald berhasil memprovokasi pasukan Islam dengan
membunuh pedagang muslim yang sedang dalam perjalanan bisnisnya. Tentu saja hal
ini membuat pemimpin tentara Islam, Salahudin, terpancing untuk menyerang dan
merebut kembali Jerusalem dari tentara salib.
Pada
suatu saat Raja Baldwin IV wafat karena penyakit lepra. Hal tersebut membuat Guy
de Lusignan yang merupakan kakak ipar sang Raja naik tahta. Kesempatan itu
dimanfaatkan oleh Guy untuk memulai peperangan dengan tentara muslim. Perang
tidak bisa dihindari lagi, tentara salib bukannya mempertahankan Jerusalem
malah menyambangi perkemahan tentara muslim yang berjumlah sekitar 200.000
orang. Akibatnya tentara salib habis tidak tersisa. Balian yang tidak mendukung
Guy de Lusignan, memilih tetap tinggal di Jerusalem bersama pasukan yang setia padanya untuk
mempertahankan kota tersebut. Dengan kercerdasannya, Balian mempersiapkan
segala jebakan yang mampu membuat pasukan muslim gagal menembus dinding kota.
Selama berhari – hari pasukan muslim yang jumlahnya jauh lebih besar dari
pasukan Balian tidak mampu memasuki kota dan dibuat frustasi. Balian sebenarnya
sadar bahwa dengan keadaan yang kalah jumlah pasukan, masuknya pasukan muslim
ke Jerusalem hanya tinggal menunggu waktu. Namun, karena kegigihan Balian
mempertahankan Jerusalem, Salahudin yang terkenal tanpa kompromi terpaksa
mengadakan perjanjian dengan Balian. Ketika mengadakan perjanjian, Salahudin
menanyakan apa alasan Balian mempertahankan kota yang bukan kampung halamanya
itu. Balian mengatakan kepada Salahudin bahwa di kota itu terdapat anak kecil,
orang tua dan perempuan yang wajib dilindungi. Mendengar pernyataan Balian,
Salahudin lantas menjamin keselamatan penduduk Jerusalem baik itu muslim atau
non muslim dan berjanji tidak akan membalaskan dendam muslim yang telah
terbunuh oleh tentara salib. Kemudian kota Jerusalem jatuh ke tangan muslim
tanpa adanya korban penduduk sipil. Tentara salib dan penduduk non muslim yang
keluar dari kota dikawal sampai pelabuhan dengan aman oleh tentara muslim.
Apa
yang membuat seorang pemimpin kharismatik nan tegas seperti Salahudin tidak
membalaskan dendam umat muslim yang terbunuh?. Rupanya keteguhan hati Balian
untuk melindungi orang lemah tanpa memandang ras, agama, suku dan bangsa yang
membuat Salahudin mengurungkan niatnya untuk menyapu bersih kota Jerusalem
berserta isinya. Dari sini dapat kita ambil hikmah bahwa sesungguhnya menerima
dan menghormati perbedaan seperti yang dilakukan Balian dapat mewujudkan
perdamaian dan menghindari jatuhnya korban. Lalu
apa hubungannya dengan kebhinnekaan yang ada di Indonesia?. Dalam film terdapat
konflik yang sebenarnya juga terjadi di Indonesia yaitu masalah perbedaan
keyakinan. Walaupun konflik yang terjadi tidak sampai melecut perang saudara,
tetapi konflik tersebut sudah mencederai keberagaman yang ada di Indonesia.
Konflik seperti itu tidak hanya terjadi atas nama perbedaan keyakinan, namun
meluas sampai pada perbedaan suku, ras, adat istiadat, bahasa bahkan politik.
Konflik
– konflik seperti ini jika terus dibiarkan maka akan mengarah pada perpecahan. Jika
sudah dalam kondisi seperti itu, bangsa lain dengan mudah mengambil kesempatan
untuk menguasai kekayaan alam yang ada di Indonesia. Sungguh ironis memang, disaat
bangsa kita sibuk berselisih dengan sesama, justru bangsa lain yang menikmati
kekayaan Indonesia. Jadi jangan heran jika masih banyak rakyat Indonesia yang
merasa masih terjajah padahal sudah merdeka. Yang terbaru terkait perselisihan
pendapat sesama bangsa Indonesia adalah kasus yang terjadi di Sampang. Bagaimana
bisa masalah pribadi dikaitkan dengan perbedaan pendapat dalam beragama?,
sehingga menyebabkan dibakarnya rumah warga syiah. Tragisnya pelaku pembakaran
masih terhitung tetangganya sendiri. Kejadian tersebut bukan yang pertama
kalinya terjadi di Indonesia, banyak huru-hara beraroma SARA mulai dari kasus
Cikeusik, gereja filadelfia, gerakan separatisme di beberapa daerah sampai
konflik di Ambon. Semuanya membuat kebhinnekaan sama sekali tidak terlihat di
Indonesia. Banyak orang menyuarakan dengan lantang bahwa kelompok atau
golongannya yang paling benar. Orang yang di luar golongan mereka wajib
disingkirkan. Kalau semua orang di Indonesia berwatak seperti itu, apa artinya
bangsa Indonesia yang terkenal ramah dengan wisatawan asing tapi saling sikut
dengan saudara sebangsanya?. (bersambung)
No comments:
Post a Comment